Susan Sarandon, Membagikan kisah Hidupnya di Mola Living lIve Yang Penuh Inspirasi dan Menghibur
Jakarta - Bagi penggemar film era 1980-an dan 1990-an, nama Susan Sarandon mungkin tak asing di telinga. Pasalnya, perempuan asal Amerika Serikat (AS) itu kerap membintangi berbagai film ternama Hollywood. Bahkan, di usianya yang kini menginjak 74 tahun, ia masih aktif berperan sebagai aktris sekaligus produser dan aktivis.
Adapun beberapa movie yang sukses ia
bintangi di antaranya adalah The Rocky Horror Picture Show (1975 ),
Atlantic City (1980 ), Thelma as well as Louise (1991 ), The Customer
(1994 ), Dead Man Walking (1995 ), Stepmom (1998 ), Captivated (2007 ),
The Beautiful Bones (2009 ), dan A Bad Mamas Xmas (2017 ). Selama
berkarier di dunia perfilman, ia telah menyabet beberapa penghargaan
bergengsi. Sebut saja Academy Award (1980 ), British Academy Movie Award
(1994 ), dan Screen Casts Guild Honor (1995 ).
Susan juga pernah menjadi nominasi di beberapa kategori pada ajang
Daytime Emmy Honor, Primetime Emmy Honors sebanyak enam kali, dan
sembilan kali Golden World Honors. Bahkan, ia dianugerahi sebuah bintang
di Hollywood Walk of Popularity pada 2002 atas kontribusinya di dunia
seni peran.
Kesuksesan Susan di industri perfilman tidak datang begitu saja. Ia
berkisah bahwa dirinya berusaha keras mulai dari awal untuk bisa meraih
puncak tangga karier. "Saya belajar dramatization di perguruan tinggi.
Setelah lulus, saya memutuskan pergi ke New york city.
Lalu, beberapa
kali saya datang ke berbagai audisi dan mendapatkan peran pertama kali
pada film Joe (1970 )," kisah Susan saat menjadi bintang tamu Mola
Living Live, Jumat (4/6/2021). Berbagai aral melintang word play here
pernah ia alami, salah satunya saat bermain peran pada sebuah film horor
komedi musikal The Rocky Scary Picture Show.
"Pada saat syuting, saya menderita pneumonia. Ya, kala itu Januari dan
udara sangat dingin di Inggris. Namun, saya bisa melewatinya setelah
mendapatkan energi di dalam diri untuk menjadi lebih kuat,"ujar Susan.
Susan mengaku senang menjadi aktris karena ia bisa menyampaikan pesan
melalui tokoh yang ia perankan. Menjadi seorang aktris, kata Susan,
mengajarkan dirinya untuk melakukan sesuatu yang belum pernah dirasakan
sebelumnya. "Peran yang saya jalankan di dunia film memberikan pelajaran
dan pengalaman kehidupan di dunia nyata,"ujar Susan.
Aktivis sosial
Kepada Dino Patti Djalal dan Andini Effendi yang menjadi pembawa acara
Mola Living Live, Susan juga bercerita tentang dirinya yang begitu vokal
menyuarakan pendapatnya terhadap isu-isu sosial, baik isu yang ada di
AS maupun di dunia.
"Di AS, saya berpendapat bahwa seseorang harus menerima upah minimum (per jam) sebesar 15 buck AS agar mereka dapat merasakan kehidupan yang bahagia,"jelasnya. Mereka, lanjut Susan, juga berhak mendapatkan layanan kesehatan dan pendidikan yang layak. "Kedua layanan tersebut tidak bisa diprivatisasi.
Itu merupakan hak asasi manusia paling dasar," kata Susan menyuarakan pendapatnya. Selain itu, Susan juga menyoroti isu anti-Asian hate dan black lives matter. Menurutnya, isu-isu tersebut tak hanya terjadi akhir-akhir ini saja, tetapi sudah cukup lama meresahkan warga AS.
"Beberapa orang di AS bahkan berpendapat bahwa saat ini ada jarak yang memisahkan masyarakat kelas atas dan kelas bawah. Ketika jarak itu melebar semakin luas, isu-isu tersebut lah yang muncul ke permukaan.
Sebab, kesenjangan bisa
menimbulkan kebencian dan keputusasaan,"ujar Susan. Di lain sisi, Susan
menaruh kepercayaan kepada generasi muda yang lebih peduli dan bersuara
terhadap isu-isu tersebut.
Mereka tak peduli nama mereka dikenal dan tak peduli pendukung Partai
Demokrat atau Republik. Mereka hanya ingin perubahan,"jelasnya. Selain
menyoroti berbagai isu sosial di AS, Susan juga kerap berpendapat secara
lantang terhadap berbagai permasalahan yang terjadi di dunia.
Salah satunya, mengenai konflik Palestina dan Israel. Di beberapa kesempatan, Susan bahkan secara vokal mendukung Palestina untuk mendapatkan kemerdekaannya dan meraih kebebasan. "Saya tidak mendukung negara discrimination yang memisahkan ras manusia, seperti Israel.
Saat ini, bangsa Palestina bagaikan berada di dalam penjara. Mereka punya hak untuk memerdekakan negaranya. Ini bukan situasi yang seimbang antara dua negara,"ujar Susan pada acara talk show yang tayang eksklusif di Mola.
Tenang menghadapi haters
Di akhir acara, Susan membagikan kiat menghadapi haters dari pengalamannya sendiri. Memang, secara umum, ia tidak menanggapi berbagai ujaran kebencian yang mengarah kepadanya. Namun, ketika ada seseorang yang menyerang dirinya di sebuah platform media besar dengan informasi yang keliru, Susan langsung menanggapinya secara pribadi.
"Saya akan
menjawab pernyataan itu dengan tujuan hanya untuk mengoreksi informasi
yang salah. Saya pikir ada beberapa orang yang suka membenci satu sama
lain dengan beragam tujuan. Misalnya, menyerang seseorang hanya untuk
menambah fans. Kadang, masalahnya juga ada pada berita yang menggunakan
judul clickbait,"ujarnya.
Atas dasar itu, ia pun menyarankan kepada audiens untuk tidak hanya
membaca berita dari media mainstream. Sebab, menurut Susan, beberapa
media mainstream tidak menceritakan kisah sebenarnya tentang suatu
kejadian.
"Mungkin, media independen bisa dijadikan rujukan saat ini karena mereka lebih berdaulat dalam menyampaikan suatu berita," kata Susan. Secara keseluruhan, banyak pelajaran hidup yang bisa diambil dari kisah Susan.
Untuk menonton acara Mola Living Live secara penuh, Anda
bisa menyaksikannya secara eksklusif di Mola. Anda bisa mengunduh
aplikasinya di Application Store dan Play Store atau bisa pula
menontonnya melalui situs resmi Mola di tautan ini.
Sebagai informasi, program tersebut juga telah menghadirkan banyak tokoh
ternama dunia untuk berbagi pengalaman hidup, di antaranya Mike Tyson,
Luc Besson, John Travolta, Gary Vaynerchuk, Spike Lee, dan Robert De
Niro.
Selain itu, Mola Living Real-time tak hanya berisi bincang-bincang saja, penonton juga dapat berinteraksi secara langsung dengan bintang tamu melalui fitur tanya jawab yang disediakan.
Komentar
Posting Komentar